Cerita Pengalaman dalam Pencarian Kiat-Kiat Intropeksi Diri


Saya akan berbagi mengenai, bagaimana kiat-kiat dalam mengintropeksi diri berdasarkan pengalaman yang sudah saya lalui. Kiat-kiat ini saya selalu terapkan pada saat moral atau semangat saya sedang jatuh dan ketika saya sedih. Seperti kata pepatah guru terbaik adalah pengalaman. Berikut saya akan bercerita bagaimana kiat dalam mengintropeksi diri saya berubah-ubah dan berkembang seiring bertambahnya usia dan pengalaman.

Pada saya masih TK sekitar tahun 2002, saya nakal tidak suka masuk kelas kalau disuruh masuk saya pasti akan berontak dengan alasan yang saya sendiri lupa saya berbuat seperti itu. Setelah masuk SD kelas 1 sampai kelas 3 sekitar tahun 2003 sampai 2005 saya masih suka bolos sekolah karena masih suka bermain dari pada belajar apalagi teman-teman saya memang nakal-nakal pada saat itu, saat bolos biasanya diajak main bola, main kelereng, ataupun main ps di rental ps1 dimana menjamur di mana-mana pada masa itu sampai main kartu, kartu gambar bukan kartu remi. Saya sering kena marah sama Bapak saya sedang Ibu saya membela saya, saya sering diberi hukuman seperti dipukul dengan gesper, rotan yang dipakai untuk memukul kasur, sampai dikurung di kamar mandi. Semua hal tersebut tidak membuat saya jera sebenarnya.

Sampai pada kelas 4 SD pada tahun 2006, ada guru agama saya lupa siapa namanya dan saya juga lupa apa yang dia katakan kepada saya, tetapi pada saat itu sifat dan sikap saya mulai berubah ketika diajarkan oleh beliau. Pada saat itu saya mulai rajin masuk sekolah sudah tidak pernah bolos sekolah pada saat itu. Dimana dia seperti mendoktrin saya untuk tidak nakal lagi, ini adalah awal dari saya mengenal konsep intropeksi diri karena doktrin dari seorang guru agama.

 Saat kelas 5 SD tahun 2007, saya menjadi rajin masuk sekolah mulai suka aktifitas-aktifitas dalam sekolah seperti mengikuti ekstrakulikuler pramuka. Pada saat ini pun saya menjadi lebih hormat kepada orang tua saya. Pada kelas 6 saya mulai menyukai mata pelajaran IPS yang mana pada saat itu saya disuruh menggambar peta Indonesia serta menghapal nama provinsi dan ibukotanya. Berbulan-bulan berlalu pada tahun 2008 saya lulus dari SD, dengan nilai uang pas-pasan. Disini bapak menyuruh saya memilih SMP yang favorit, tapi pada saat itu saya sudah memahami batas kemampuan saya dengan begitu saya ngomong dengan ibu saya untuk memilih SMP yang biasa saja, ibu saya mendukung pilihan saya dan memberitahukannya kepada bapak saya.

Saya masuk SMP yang biasa saja, pada kelas 1 SMP tahun 2009 saya anak yang rajin selalu belajar dengan tekun, pada saat ini saya sudah berubah jadi lebih baik. Saat sepulang sekolah teman saya mengajak saya main warnet untuk pertama kali, dia memperkenalkan saya dengan dunia komputer, game pc seperti Counter Strike, Point Black,dll. Saya mulai suka ke warnet pada saat ini. Setiap pulang sekolah pasti buru-buru ke warnet agar dapat biling, karena pada saat itu warnet selalu penuh. Masalah mulai muncul pada saat saya kelas 2 SMP, sifat malas saya kembali dan kebiasa bolos juga kembali kali ini tujuan bolos ke warnet bermain game sekalian berjualan barang virtual. Pada semester 2 kelas 3 tahun 2012, saya berpikir kenapa selama ini saya bermain warnet dan jualan barang virtual, yang sebenarnya lebih besar modal dari pada pendapatan. Pada saat itu saya berhenti main warnet, dan saya berpikiran untuk tidak membuat masalah lagi dengan cara bersikap datar pada setiap kejadian dan bahkan berusaha menghindari konflik.

Pemikiran tersebut saya terapkan sampai saya SMA, semenjak itu saya jadi pendiam saat SMA karena takut membuat masalah, setiap ada masalah kecil pasti saya akan berpikiran kemana-mana dengan kata lain pasti hasil dari perbuatan saya akan buruk sekali, padahal sebenarnya tidak akan terjadi seperti apa yang saya pikirkan. Saat SMA saya lebih memilih-milih teman, karena pemikiran saya tersebut, masa SMA saya terkesan datar saja. Tidak ada suatu kejadian besar yang membuat saya teringat sebagai pembelajaran untuk masa depan.

Setelah lulus SMA pada tahun 2015 masalah baru muncul  saya berkutat dengan orang tua saya, berselisih ego antara jurusan kuliah yang saya inginkan dan orang tua inginkan. Orang tua saya menyuruh saya mengambil kedokteran, dan ego saya memilih TI atau hukum. Karena saya tidak ingin membuat kesalahan, saya mengikuti kata orang tua. Saya belajar terus, untuk tes masuk kedokteran. Dari mulai SNMPTN, SBMPTN, Ujian Mandiri, dan Ujian masuk PTS semua saya jalani. Tes demi tes saya jalani, tidak ada yang berhasil, lalu saya ke Jogja untuk mengikut tes kedokteran pada saat itu adalah fase terakhir penerimaan mahasiswa baru, ini ada kesempatan terakhir saya.

Pengumuman tes yang lama membuat saya stay dulu di Jogja selama satu minggu, disana saya sudah merencanakan apa saja yang akan saya lakukan. Seperti, saya akan mengujungi kakek-nenek saya kalau tidak ada kuliah. Merencanakan tempat tinggal mau dimana, nongkrong dimana. Beberapa hari kemudian setelah saya berfantasi hasil tes keluar, pengumuman tes tersebut disebar melalui sebuah tabloid. Saya membeli tabloid tersebut saya mencari nama saya tidak ada, saya beli 1 tabloid untuk memastikan apakah nama saya benar-benar tidak ada. Ternyata benar nama saya tidak ada dikedua tabloid tersebut. Pada saat itu saya sedih menelpon ibu dan bapak saya.

 Saya akhirnya pulang ke rumah, selama perjalan pulang saya kesal dan marah, karena semua yang saya lakukan tidak ada guna. Sesampainya dirumah, saya mengurung diri dikamar kesal, marah, sedih, lalu tidur. Sebangun dari tidur rasa marah dan sedih hilang, saya berpikiran kalau selama ini mungkin pesaing saya belajarnya lebih banyak dari saya. Saya keluar kamat dan langsung bertanya kepada orang tua saya “Jadi gimana?”, lalu mereka menjawab “Ya sudah terserah kamu”. Disini saya berkata “Saya akan menngikuti keinginan ibu-bapak lagi tahun depan”.

Pada desember 2015 saya pindah ke Jakarta mengikuti bimbel untuk persiapan SBMPTN 2016 dan ujian PTS, yang saya incar masih sama kedokteran. Semester pertama mengikuti bimbel masih semangat belajar karena motivasi saya balas dendam karena tahun kemaren. Bimbelnya dalam seminggu 4 kali pertemuan. Dua bulan mendekati SBMPTN 2016 bimbel memulai pembelajaran intensifnya yang mana dalam dua bulan setiap hari saya digeber dalam belajar, yang mana pada saat ini saya sudah kehilangan motivasi belajar.
Beberapa PTS di Jakarta sudah membuka pendaftar saya langsung ikut semua tes di semua PTS, dan hasilnya sama tidak ada yang tembus. Sampai ada calo yang menawari saya masuk untuk mengambil slot, saya tolak karena kalau saya menggunakan jasanya artinya saya telah menghina diri saya sendiri. Setiap tes yang saya ikuti semuanya tidak tembus. Disini depresi saya kembali lagi, lalu ingatan 2015 kembali menambah beban pikiran. Sampai saya putus bimbel karena sangking depresinya dan tidak mau keluar rumah.

Saya bangkit karena saya memiliki dua kesempatan terakhir yaitu saat SBMPTN dan tes PTS di Jogja, disini saya sudah mengatur rencana kalau SBMPTN tidak tembus saya akan langsung ke Jogja lagi, karena untuk mengejar 2 gelombang terakhir tes PTS di Jogja. Saya belajar sendiri saja, karena saya sudah stop di bimbel. Akhirnya pendaftaran SBMPTN telah dibuka saya tanpa pikir panjang langsung daftar.

Saya yakin akan tembus SBMPTN tahun 2016, karena saya yakin jawaban yang saya jawab sekitar 80% benar pada setiap mata pelajaran yang dites, saya hanya tidak yakin pada matdas mungkin hanya 20% yang yakin benar. Sembari menunggu hasil SBMPTN, saya langsung ke Jogja untuk mengikuti gelombang pertama tes dan lagi tidak diterima. Akhirnya saya menyerah mencari kampus favorit.

Saya pada saat itu dua hari saya berdiam diri dan menemukan sesuatu. Kiat-kiat yang sampai saat ini saya gunakan. Saya berpikiran bahwa pemikiran saya pegang selama ini salah dan menghambat saya berkembang. Saya sekarang menjadi orang yang moderat tapi berpegang teguh apa yang sudah saya putuskan. Berikut adalah cara-cara saya dalam berintropeksi diri yang baru;

1.      Ketika terjadi masalah saya selalu menenangkan diri terlebih dulu dan memberitahu diri saya hal buruk yang saya pikirkan tidak akan terjadi. Menenagkan diri bisa dengan bernapas panjang atau dengan tidur.
2.      Menghilangkan sikap over-thinking.
3.       Jika terjadi masalah saya akan mencari cara menyelesaikannya dengan sesederhana mungkin, jika tidak berhasil dengan metode yang berbeda.
4.      Mencari kekurangan apa saya lakukan sebelumnya, dan menemukan cara terbaik untuk mengurangi kekurangan tersebut.
5.      Menjadi orang yang nothing to lose.
6.      Mencari inspirasi untuk memotivasi.

Kurang lebihnya seperti itu bagaimana perubahan pemikiran dan kiat-kiat intropeksi diri saya. Cara yang baru saya temukan ini saya terapkan sejak 2016, dan saya menjadi orang yang lebih jujur pada diri sendiri dan berani melakukan hal baru. Saya menjadi tidak membebani otak dengan masalah, belum pernah terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menumbuhkan Semangat Belajar dalam Kondisi Mewabahnya Virus Corona

Penerapan Komputasi Modern dalam Bidang Pendidikan, Sejarah Software Komputer, dan Macam-macam Komputasi Modern dan contoh penerapannya